Rabu, 28 April 2010

Impian dan Teladan Seorang Ayah

Sumber Cerita : Botol Acar - Buku Chicken Soup for the Parent’s Soul

Yang ayah wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang ayah – Will Rogers

Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. “Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu.” Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. “Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.”.

Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. “Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi.”

Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. “Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter,” katanya. “Kau pasti bisa kuliah. ayah jamin.”

Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.

Setelah menikah, kuceritakan kepada susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. “Kalau kau sudah tamat kuliah,” katanya dengan mata berkilat-kilat, “kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau.”

Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah. “Mungkin popoknya basah,” kata susan, lalu di bawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.

Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. “Lihat,” katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin.

Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan . Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.

http://www.hypnoparenting.com/id/2007/impian-dan-teladan-seorang-ayah/

kisah sejati seorang ibu

sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/aw_artikel/3123/Kasih_Sejati_Seorang_Ibu
biar pun repost dari blog tetangga, yg penting kisah ini bener2 nyentuh banget buat kita..

Di sebuah rumah sakit bersalin, seorang ibu baru saja melahirkan jabang bayinya. “Bisa saya melihat bayi saya?” pinta ibu yang baru melahirkan itu penuh rona kebahagiaan di wajahnya. Namun, ketika gendongan berpindah tangan dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki mungil itu, si ibu terlihat menahan napasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit, tak tega melihat perubahan wajah si ibu. Bayi yang digendongnya ternyata dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Meski terlihat sedikit kaget, si ibu tetap menimang bayinya dengan penuh kasih sayang.

Waktu membuktikan, bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari, anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan si ibu sambil menangis. Ibu itu pun ikut berurai air mata. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Sambil terisak, anak itu bercerita, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”

Begitulah, meski tumbuh dengan kekurangan, anak lelaki itu kini telah dewasa. Dengan kasih sayang dan dorongan semangat orangtuanya, meski punya kekurangan, ia tumbuh sebagai pemuda tampan yang cerdas. Rupanya, ia pun pandai bergaul sehingga disukai teman-teman sekolahnya. Ia pun mengembangkan bakat di bidang musik dan menulis. Akhirnya, ia tumbuh menjadi remaja pria yang disegani karena kepandaiannya bermusik.

Suatu hari, ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuk putra Bapak. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,” kata dokter. Maka, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya kepada anak mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelaki itu, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia,” kata si ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Ia pun seperti terlahir kembali. Wajahnya yang tampan, ditambah kini ia sudah punya daun telinga, membuat ia semakin terlihat menawan. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian, ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia lantas menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.”

Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari, tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga tersebut. Pada hari itu, ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, si ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku. Sang ayah lantas menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak lelaki terjadi. Ternyata, si ibu tidak memiliki telinga.

“Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,” bisik si ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya, ‘kan?”

Melihat kenyataan bahwa telinga ibunya yang diberikan pada si anak, meledaklah tangisnya. Ia merasakan bahwa cinta sejati ibunya yang telah membuat ia bisa seperti saat ini.

Pratiwi di bulan Januari

hmm udah lama banget ga ngisi blog deh.. abis jadwal kuliah makin padet aja kaya badan gw hahaha
sekarang gw lagi pengen inget2 berbagai macem kejadian yang gw alamin pas bulan januari kemaren. salah satunya cerita sobat gw yang abis nembak cowok.hihihi
buat pratiwi maap yak gw bahas cerita lo disini *spik aaahhh wkwkwkwk*


januari itu bulan baru di tahun yang baru juga. dan itu juga sebagai awal dari kabahagiaan dan kesedihan buat pratiwi. Kenapa eh kenapa? soalnya pas bulan januari itu pratiwi ngalamin hal yang ga akan dia lupa seumur hidup. waktu itu tanggal 15 januari 2010 kira2 jam 10 maleman deh. dia baru 3 bulan kenal cowok tapi udah sering smsan telpon sih jarang dan sering chatting juga. sebut aja namanya Bintang. dia suka ama bintang udah lama, tapi dia baru nyadar belakangan kalo dia sayang ama bintang. nah mumpung lagi ga ada kerjaan mending dia sms bintang aja deh hehe. nah pas lagi seru smsan eh taunya pulsa sms bintang abis, yg ada cuma pulsa tepon aja. emang dasar kebetulan pratiwi lagi ada bonus telpon 15 menit. daripada ga kepake mending buat nelpon bintang aja deh. eh pas si pratiwi telpon, bintang malah kaget dan ga nyangka kalo pratiwi bakal nelpon. soalnya biasanya bintang yang nelpon pratiwi. 10 menit ga kerasa saking asiknya ngobrol tiba2 bintang nanya hal yang bikin dia keringet dingin gemeteran bengong yah pokoknya speechless abis deh. mungkin selama ini bintang tau kalo pratiwi suka ama dia tapi pura2 ga tau. dan temen gw si pratiwi itu bingung mau jawab apa ampe cekikikan sendiri deh. si bintang ngomong gini,"eh mau nanya deh,tapi jawab yg jujur yah?" temen gw jawab "insyaallah, emang mau nanya apa?" bintang ngomong lagi "LO SUKA YA SAMA GW?" langsung dong pratiwi kagetnya bukan maen brasa kesamber petir dan suasana langsung hening *lebay* hahaha.. biar ga ribet gw bikin dalam bentuk dialog aja yah hehe
pratiwi : "hah kata siapa?
bintang : "udalah ga usah boong, keliatan kali dari sikap lo"
pratiwi : "yeee..emang sikap gw kaya gmana deh?"
bintang : "ga usah lo jawab juga gw udah tau"
pratiwi : "ah sok tau nih orang hahaha"
bintang : "keliatan banget dari sorot mata lo"
pratiwi : "wew masa iya? lebay deh lo haha"
bintang : "eh jawab dong pertanyaan gw"
tiba2 suasana jadi mencekam dan membingungkan buat pratiwi. kaya orang kesambet bengong aja hahaha.. eh lagi ngomong serius tiba2 bonus telpon abis. alhasil pembicaraan terputus dan jadi ga jelas deh. trus percakapan dilanjutkan lewat sms.
pratiwi : "eh maap bonus telponnya abis"
bintang : "ya gpp, tapi gw udah tau kok jawabannya"
pratiwi : "ah padahal mau gw jawab tuh tadi"
eh ga lama si bintang telpon balik. rasanya pratiwi ga mau ngkat tu telpon, tapi dia pengen banget ngobrol banyak ama bintang. dan akhirnya obrolan pun dilanjutkan.
pratiwi : "loh kok telpon lagi? katanya ga ada pulsa?"
bintang : "kan pulsa telpon ada banyak jadi tenang aja hehe.. eh trus gmna tuh tadi?"
pratiwi : "kenapa lo tiba2 nanya kaya gini ke gw?"
bintang : "ya gapapa, pengen tau aja"
pratiwi : "trus kalo gw ga mau jawab gmn?"
bintang : "nah berati bener tebakan gw"
pratiwi : "iih gitu..curang"
bintang : "jawab doong ah"
pratiwi : "kalo iya kenapa, dan kalo ngga pun kenapa?"
bintang : "ya ga knapa2, kan gw cuma pengen tau aja"
pratiwi : "hmm iya deh iya gw jawab"
bintang : "lagian pake malu2 sih ama gw, gengsi banget jadi cewek"
pratiwi : "hmm IYA !"
bintang : "iya? iya apanya?"
pratiwi : "nah tad kan nanya, ya jawabannya IYA.."
bintang : "gtu kek ngaku, kan jadi lega deh lo skarang"
pratiwi : "udah kan, puas lo ye"
bintang : "hahaha.. tapi dari kapan lo suka ama gw?"
pratiwi : "hmm dari kapan yaa, ga tau deh"
bintang : "dari yg waktu bulan september itu bukan?"
pratiwi : "itu sih gw belom ada rasa ama lo, apalagi lo waktu itu curhat tentang cewek y lo suka k gw"
bintang : "trus kapan dong?"
pratiwi : "ya belom lama sih"
bintang : "haha pede bgt ya, gw kira dari dulu"
pratiwi : "trus respon lo gmn?"
bintang : "ya ga nyangka, tapi ga gmna2 juga soalnya gw anggep lo cuma temen aja ga lebih
pratiwi : "oh gtu yah"
bintang : "emg lo knp bisa suka ama gw?"
pratiwi : "ya gw juga ga tau kenapa"
bintang : "ya gw harap sih lo jangan sedih gara2 gw. GW YAKIN LO PASTI BISA DAPETIN COWOK YG JAUH LEBIH BAIK DARI GW KOK. lo kan ga tau kalo gw cowok baik2 apa bukan"
pratiwi cuma bisa diem dan mikir aja. ga tau harus bilang apa dan harus nangis apa ketawa. dari jam 10.30 ampe jam 2 pagi nelpon ga kerasa banget dan obrolan makin seru soalnya di bawa nyantai sama mereka berdua. padahal gw tau banget yg pratiwi rasain. SAKIIIIIITTTT BANGETTTT pas tau orang yg kita sayang ternyata cuma anggep kita jadi temen aja. dan maksud dari bintang nanya hal itu ke pratiwi juga ga tau kenapa. lega sih pastinya, tapi pasti itu jadi beban tersendiri buat pratiwi harus bersikap kaya gimana ke bintang kalo pas ketemu di kampus *mereka satu kampus loh*.. dan hebatnya pas besok pagi mereka diharuskan buat ketemu, si pratiwi dengan keyakinan dan mental yg kuat bisa nyapa bahkan bersikap normal seakan ga pernah ada kejadian apa2 semalem. sampe keesokannya si bintang jadi suka sms+nelpon ga jelas ke temen gw pratiwi itu. emang sikap dia itu bikin bingung apa maksudnya. yg terbukti ampe sekarang, pratiwi tetep bertemen kaya biasa meskipun ga seakrab dulu.
sekian deh cerita temen gw ini, sebenernya sih masih ada kelanjutannya lagi, tapi biar itu jadi rahasia PRATIWI, BINTANG dan ALLAH SWT .. GW YAKIN INI BUKAN AKHIR DARI SEGALANYA, DAN ALLAH PASTI AKAN AKAN MEMBERIKAN JALAN YANG TERBAIK BUAT UMATNYA. AMIN